Mbah, panjenengan sudah menjelaskan manusia itu tidak punya apa-apa, tidak bisa apa-apa lalu gimana dengan pendapat bahwa manusia itu bukan apa-apa?

Mungkin begini penjelasannya, manusia itu dibuat dari mani… dari air yang hina… eh itu istilah Quran lho… min maa-in mahiin… bukan istilah dari Mbah. Dan dilahirkannya dari lubang yang mengeluarkan macam-macam kotoran. Maaf… maaf cucuku…

Nggak papa Mbah… teruskan aja…!

Dan manusia itu berjalan ke mana-mana padahal dalam perutnya membawa kotoran. Dan ketika mati nanti menjadi…

Bangkai. Duh merinding saya, Mbah.

Mbah pernah diminta menyolatkan jenazah yang baru meninggal kira-kira 12 jam. Mbah liat sudah banyak semut yang mengerumuni jasadnya. Nah… begitulah manusia itu… seperti itulah nilai manusia. Pantaskah manusia bersikap takabbur (sombong)?! Takabbur itu dari kata kabiir (besar), artinya merasa dirinya besar… merasa mulia… merasa paling…

Tentu tidak pantas. Yang pantas menyandang sifat itu hanya Allah, Mbah.

Terkadang manusia yang lagi marah berkata, “Saya kan punya harga diri!”

Mestinya kita tanya aja, “Berapa sih harga dirimu?”

Janganlah… nanti jadi ribut.

Meskipun demikian Allah sangat sayang kepada kita ya, Mbah?

Benar… Ukuran bumi ini di jagat raya sangatlah kecil… ibarat debu, lalu bagaimana dengan manusia. Tapi kasih sayang Allah kepada kita seperti jagat raya. Meski kita ini sangat kecil dan hina tapi Allah masih mau menyapa kita dengan santun seperti dalam ayat berikut:

Hai manusia sekalian, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa. al-Baqoroh 21
Hai manusia sekalian, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Fathir: 3

Makasih Mbah atas penjelasannya. I love you full, Mbah.

Ai lep yuu tuu… cucuku.

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ عَرَفَ رَبَّهُ
Siapa mengenal dirinya,
ia akan mengenal Tuhannya.